Pendahuluan
Sejak dahulu kala manusia selalu
mempertanyakan asal-usul kehidupan dan dirinya. Jawaban sementara atas
pertanyaan tersebut ada tiga altenatif, yaitu penciptaan, transformasi,
atau evolusi biologi.
Definisi evolusi biologi bermacam-macam
tergantung dari aspek biologi yang dikaji. Beberapa definisi yang umum
dijumpai di buku-buku biologi, antara lain: evolusi pada makhluk hidup
adalah perubahan-perubahan yang dialami makhluk hidup secara
perlahan-lahan dalam kurun waktu yang lama dan diturunkan, sehingga lama
kelamaan dapat terbentuk species baru: evolusi adalah perubahan
frekuensi gen pada populasi dari masa ke masa; dan evolusi adalah
perubahan karakter adaptif pada populasi dari masa ke masa. Evolusi
telah mempersatukan semua cabang ilmu biologi.
Idea tentang terjadinya evolusi biologis
sudah lama menjadi pemikiran manusia. Namun, di antara berbagai teori
evolusi yang pernah diusulkan, nampaknya teori evolusi oleh Darwin yang
paling dapat teori . Darwin (1858) mengajukan 2 teori pokok yaitu
spesies yang hidup sekarang berasal dari spesies yang hidup sebelumnya,
dan evolusi terjadi melalui seleksi alam. Perkembangan tentang teori
evolusi sangat menarik untuk diikuti. Darwin berpendapat bahwa
berdasarkan pola evolusi bersifat gradual, berdasarkan arah adaptasinya
bersifat divergen dan berdasarkan hasilnya sendiri selalu dimulai
terbentuknya varian baru.
Dalam perkembangannya teori evolusi
Darwin mendapat tantangan (terutama dari golongan agama, dan yang
menganut paham teori penciptaan – Universal Creation), dukungan dan
pengkayaan-pengkayaan. Jadi, teori sendiri juga berevolusi sehingga
teori evolusi biologis yang sekarang kita kenal dengan label “Neo
Darwinian” dan “Modern Sintesis”, bukanlah murni seperti yang diusulkan
oleh Darwin. Berbagai istilah di bawah ini merupakan hasil pengkayaan
yang mencerminkan pergulatan pemikiran dan argumentasi ilmiah seputar
teori evolusi: berdasarkan kecepatan evolusi (evolusi quasi dan evolusi
quantum); berdasarkan polanya (evolusi gradual, evolusi punctual, dan
evolusi saltasi) dan berdasarkan skala produknya (evolusi makro dan
evolusi mikro).
Topic yang akan dibahas dibawah ini
meliputi perkembagan teori evolusi Darwin dan implikasi dari teori
evolusi biologi Darwin terhadap cara pandang kita tentang keberadaan
makhluk dan alam semesta.
Perkembangan Teori Evolusi Darwin
1. Sejarah Singkat Charles Darwin (1809 – 1882)
- 1831-1836: Perjalanan laut dengan kapal Beagle.
- 1844: Draft buku “Origin of Species by Means of Natural Selection” telah selesai.
- 1858: Afred Russel Wallace mengirim manuscript kepada J. Hooker anggota Royal Society, berisi tentang perluasan ide dari Malthus. Makalah bersama oleh Darwin dan Wallace di forum Society.
- 1859: Publikasi buku “ On The Origin of Species by Means of Natural Selection”
- 1860: Perdebatan antara Huxley dan Wilbeforce tanpa kehadiran Darwin
- Darwin menghabiskan sisa masa hidupnya untuk penelitian dan publikasi buku “Descen of Man” (1871) dan “The Expression of Emotion in Man and Animals” (1871).
Buku “Origin of Species by Means of
Natural Selection” yang diterbitkan tahun 1959 ini, menurut indeks
sitasi merupakan buku yang paling banyak diacu oleh penulis lain (selain
kitab suci) selama ini.
2. Perkembangan Teori Evolusi
Banyak hal dan pemikiran ahli lain yang mempengaruhi perkembangan teori Darwin, antara lain:
- Ekspedisi ke lautan Galapagos ditemukan bahwa perbedaan bentuk paruh burung Finch disebabkan perbedaan jenis makanannya.
- Geolog Charles Lyell (1830) menyatakan bahwa batu-batuan di bumi selalu mengalami perubahan. Menurut Darwin, hal-hal tersebut kemungkinan mempengaruhi makhluk hidupnya. Pikiran ini juga didasarkan pada penyelidikannya pada fosil.
- Pendapat ekonom Malthus yang menyatakan adanya kecendrungan kenaikan jumlah penduduk lebih cepat dari kenaikan produksi pangan. Hal ini menimbulkan terjadinya suatu persaingan untuk kelangsungan hidup. Oleh Darwin hal ini dibandingkan dengan seleksi yang dilakukan oleh para peternak untuk memperoleh bibit unggul.
- Pendapat beberapa ahli seperti Geoffroy (1829), WC Wells (1813), Grant (1826), Freke (1851), dan Rafinisque (1836).
Tahun 1858 Darwin mempublikasikan The Origin yang memuat 2 teori utama yaitu:
1. Spesies yang hidup sekarang berasal dari spesies lain yang hidup di masa lampau.
2. Evolusi terjadi melalui seleksi alam.
Menurut Darwin, agen tunggal penyebab
terjadinya evolusi adalah seleksi alam. Seleksi alam adalah “process of
preserving in nature favorable variations and ultimately eliminating
those that are ‘injurious’”.
Secara umum, tanggapan ahli lain terhadap teori Darwin adalah:
a. Mendapat tantangan terutama dari golongan agama, dan yang menganut paham teori penciptaan (Universal Creation).
b. Mendapat pembelaan dari penganut Darwin antara lain , Yoseph Hooker dan Thomas Henry Huxley (1825-1895).
c. Mendapat kritik dan pengkayaan dari
banyak ahli antara lain Morgan (1915), Fisher (1930), Dobzhansky (1937),
Goldschmidt (1940) dan Mayr (1942).
Dengan berbagai perkembangan dalam
perkembangan dalam ilmu biologi, khususnya genetika maka kemudian Teori
Evolusi Darwin diperkaya. Seleksi alam tidak lagi menjadi satu-satunya
agen penyebab terjadinya evolusi, melainkan ada tambahan faktor-faktor
penyebab lain yaitu: mutasi, aliran gen, dan genetic drift. Oleh
karenanya teori evolusi yang sekarang kita seirng disebut Neo-Darwinian
atau Modern Systhesis.
Secara singkat, proses evolusi oleh seleksi alam (Neo Darwinian) terjadi karena adanya:
a. Perubahan frekuensi gen dari satu generasi ke generasi berikutnya.
b. Perubahan dan genotype yang terakumulasi seiring berjalannya waktu.
c. Produksi varian baru melalui pada materi genetic yang diturunkan (DNA/RNA).
d. Kompetisi antar individu karena keberadaan besaran individu melebihi sumber daya lingkungan tidak cukup untuk menyokongnya.
e. Generasi berikut mewarisi “kombinasi
gen yang sukses” dari individu fertile (dan beruntung) yang masih dapat
bertahan hidup dari kompetisi.
Implikasi Teori Evolusi Darwin
1. Asal Usul Spesies
Teori utama Darwin bahwa spesies yang
hidup sekarang berasal dari spesies lain yang hidup di masa lampau dan
bila diurut lebih lanjut semua spesies makhluk hidup diturunkan dari
nenek moyang umum yang sama. Seperti yang juga diperkirakan oleh Darwin.
Teorinya akan ditentang banyak pihak. Para penentang teori ini
dikategorikan dalam tiga kelompok utama:
a. Kelompok yang berpendapat bahwa teori Darwin tersebut tidak cukup “ilmiah”.
b. Kelompok “Creationist” yang
berpendapat bahwa masing-masing spesies diciptakan khusus oleh yang Maha
Kuasa untuk tujuan tertentu.
c. Kelompok penganut filsafat “idealist”
yang berpendapat bahwa spesies tidak berubah. Variasi yang ada
merupakan tiruan tidak sempurna dari pola umum “archetypes”. Goethe
mengabstaksikan satu archetype atau Urbild untuk semua tanaman
(Urplanze) dan beberapa Bauplane untuk hewan.
Untuk para penentangnya dari dua
kelompok pertama di atas Darwin cukup menandaskan bahwa
keajaiban-keajaiban atau intervensi dari kekauatan supranatural dalam
pembentukan spesies adalah tidak ilmiah. Dalam menanggapi kelompok
Idealist (seperti Owen dan Lois Agassiz) Darwin mampu menangkis dengan
baik. Pada Origin edisi pertama, Darwin (1959) di halaman 435,
menyimpulkan bahwa penjelasan Owen pada masalah archetype adalah
“interesting” dan “unity of type”nya merupakan “hukum” biologi yang
penting. Kemudian setelah Owen lebih keras lagi menentang teorinya.
Darwin pada edisi berikutnya menambahkan “…tetapi itu bukan penjelasan
ilmiah”. Menurut Darwin penjelasan tentang “homologi” dan “unity of
types” terkait dengan nenek moyang adalah ilmiah, sementara penjelasan
terkait dengan archetype tidak ilmiah. Oleh karena Darwin memandang
masalah ini sebagai proses, sementara konsep archetype adalam timeless.
Secara umum Darwin adalam penganut paham Materialisme.
2. Seleksi Alam
Darwin mengemukakan bahwa seleksi alam
merupakan agen utama penyebab terjadinya evolusi. Darwin (dan Wallace)
menyimpulkan seleksi dari prinsip yang dikemukakan oleh Malthus bahwa
setiap populasi cendrung bertambah jumlahnya seperti deret ukur, dan
sebagai akibatnya cepat atau lambat akan terjadi perbenturan antar
anggota dalam pemanfaatan sumber daya khususnya bila ketersediaannya
terbatas. Hanya sebagian, seringkali merupakan bagian kecil, dari
keturunannya bertahan hidup: sementara besar lainnya tereliminasi.
Dengan berkembangnya ilmu genetika,
teori itu diperkaya sehingga muncul Neo Darwinian. Menurut Lemer (1958),
definisi seleksi alam adalah segala proses yang menyebabkan pembedaan
non random dalam reproduksi terhadap genotype; atau allele gen dan
kompleks gen dari generasi ke generasi berikutnya.
Anggota populasi yang membawa genotype
yang lebih adaptif (superior) berpeluang lebih besar untuk bertahan
daripada keturunan yang inferior. Jumlah individu keturunan yang
superior akan bertambah sementara jumlah individu inferior akan
berkurang dari satu generasi ke generasi lainnya. Seleksi alampun juga
masih bekerja, sekalipun jika semua keturunan dapat bertahan hidup dalam
beberapa generasi. Contohnya adalah pada jenis fauna yang memiliki
beberapa generasi dalam satu tahun. Jika makanan dan sumberdaya yang
lain tidak terbatas selama suatu musim, populasi akan bertambah seperti
deret ukur dengan tidak ada kematian di antara keturunannya. Hal itu
tidak berarti seleksi tidak terjadi, karena anggota populasi dengan
genotype yang berbeda memproduksi keturunan dalam jumlah yang berbeda
atau berkembang mencapai matang seksual pada kecepatan yang berbeda.
Musim yang lain kemungkinan mengurangi jumlah individu secara drastic
tanpa pilih-pilih. Jadi pertumbuhan eksponensial dan seleksi kemungkinan
akan dilanjutkan lagi pada tahun berikutnya. Pebedaan fekunditas,
sesungguhnya juga merupakan agent penyeleksi yang kuat karena menentukan
perbedaan jumlah individu yang dapat bertahan hidup atau dan jumlah
individu yang akan mati, yang ditunjukkan dalam angka kematian
(Dobzhansky, 1970).
Darwin telah menerim, namun dengan
sedikit keraguan, slogan Herbert Spencer “survival of the fittest in the
struggle for life” sebagai altenatif untuk menerangkan proses seleksi
alam, namun saat ini slogan itu nampaknya dipandang tidak sepenuhnya
tepat. Tidak hanya individu atau jenis yang terkuat tetapi mereka yang
lumayan pas dengan lingkungan dapat bertahan hidup dan bereproduksi.
Dalam kondisi seleksi yang lunak atau halus semua individu atau jenis
pembawa genotype yang bermacam-macam dapat bertahan hidup ketika
populasi berkurang. Individu yang fit (individu yang sesuai dengan
lingkungan dapat bertoleransi dengan lingkungan) tidak harus mereka yang
paling kuat, paling agresif atau paling bertenaga, melainkan mereka
yang mampu bereproduksi menghasilkan keturunan dengan jumlah terbanyak
yang viable dan fertile.
Seleksi alam tidak menyebabkan timbulnya
material baru (bahan genetic yang baru yang di masa mendatang akan
datang diseleksi lagi),melainkan justru menyebabkan hilangnya suatu
varian genetic atau berkurang frekuensi gen tertentu. Seleksi alam
bekerja efektif hanya bila populasi berisi dua atau lebih genotype, yang
mana dari varian itu ada yang akan tetap bertahan atau ada yang
tereliminasi pada kecepatan yang berbeda-beda. Pada seleksi buatan,
breeder akan memilih varian genetic (individu dengan genotype) tertentu
untuk dijadikan induk untuk generasi yang akan datang. permasalahan yang
timbul adalah dari mana sumber materi dasar atau bahan mentah genetic
penyebab keanekaragaman genetic pada varian-varian yang akan obyek
seleksi oleh alam. Permasalahan itu terpecahkan setelah T.H Morgan dan
kawan-kawan meneliti mutasi pada lalat buah Drosophilia. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa proses mutasi menyuplai bahan mentah
genetic yang menyebabkan terjadinya keanekaragaman genetic dimana
nantinya seleksi alam bekerja (Dobzhansky, 1970).
Implikasi dari teori evolusi melalui ala
mini sangat luas, tidak hanya mencakup bidang filsafat namun juga
social-ekonomi dan budaya:
- Penggantian cara pandang bahwa dunia tidak statis melainkan berevolusi.
- Paham creationisme berkurang pengaruhn ya.
- Penolakan terhadap teleology kosmis.
- Penjelasan “desain” di dunia oleh proses materialistic seleksi alam, proses yang mencakup interaksi antara variasi yang tidak beraturan dan reproduksi yang sukses bersifat oportunistik yang sepenuhnya jauh dari dogma agama.
- Penggatian pola pikir Essensialisme oleh pola pikir populasi.
- Memberikan inspirasi yang disalahgunakan untuk tujuan yang tidak baik seperti gerakan Nazi di Jerman, Musolini di Italia, kebijakan “eugenic” di Singapura di masa Lee Kuan Yu dan berkembangnya ekonomi liberal yang dikemas dengan label Social-Darwinian.
Islam Dan Teori Darwin
Secara ilmiah teori evolusi Darwin utama
belum dapat dikatakan runtuh, karena sebelum ditemukan bukti-bukti
empiris yang bertentangan dengan kesimpulan teori tersebut, maka
pernyataan dalam teori itu masih dianggap benar. Akan tetapi sampai saat
ini banyak kalangan masih meragukan kebenaran teori itu terutama dari
kalangan agama.
Saat ini Indonesia kebanjiran buku-buku
Islam yang diproduksi Dr. Harun Yahya yang “menyerang” teori Darwin.
Dari segi teologis ada kekuatiran bahwa teori Darwin akan mengusir Tuhan
dari kehidupan, namun Haidar Bagir, pakar filsafat Islam, tidak
sepenuhnya sependapat dengan Harun Yahya. Bagir (2003) menanggapinya
dengan mengatakan “Sikap kita terhadap keyakinan Darwinian mengenai
sifat kebetulan dan materialistic asal-usul kehidupan yang terkandung
dalam teori itu sudah jelas. Kita menolaknya. Tidak demikian halnya
dengan kesimpulan utama teori ini mengenai sifat-sifat evolusioner
kehidupan. Karena betapapun demikian, tetap saja Tuhan bisa dipercayai
sebagai Dzat di balik semua gerakan evolusi itu…”. Tentang prinsip
survival of the littest, Bagir justru membenarkannya dan kita harus
mengambil hikmahnya, karena hal itu sesuai dengan kenyataan sehari-hari
dan didukung oleh tidak bertentangan dengan kandungan Alqur’an. Dingin
dari dari dua sisi yaitu aspek teologis dan sisi etis.